Template by:
Free Blog Templates

Senin, 06 Oktober 2008

Laskar Pelangi the movie



Membaca novelnya, kita jadi kagum pada perjuangan dan semangat anak-anak Belitung yang ingin menimba ilmu di sekolah. Ceritanya benar-benar bikin pembaca tersentuh. Miles Films dan Mizan Productions mewujudkan novel Andrea Hirata ini ke layar lebar dengan penulis skenario Salman Aristo dibantu Riri Reza (sutradara) dan Mira Lesmana (produser).

Cerita ini menggambarkan perjuangan 10 anak Belitung untuk bisa sekolah. Mereka ini adalah anak petani dan penambang timah ataupun nelayan yang masing-masing memiliki karakter yang kuat. Dan, 10 karakter ini diperankan oleh anak-anak asli Belitung. Ini memang sengaja supaya chemistry antara cerita dan pemain muncul secara real dan natural. Seperti adegan saat Lintang bertemu seekor buaya besar. Hayo, gimana reaksinya?

SINOPSIS

Cerita terjadi di desa Gantung, Kabupaten Gantung, Belitung Timur. Dimulai ketika sekolah Muhammadiyah terancam akan dibubarkan oleh Depdikbud Sumsel jikalau tidak mencapai siswa baru sejumlah 10 anak. Ketika itu baru 9 anak yang menghadiri upacara pembukaan, akan tetapi tepat ketika Pak Harfan, sang kepala sekolah, hendak berpidato menutup sekolah, Harun dan ibunya datang untuk mendaftarkan diri di sekolah kecil itu.

Mulai dari sanalah dimulai cerita mereka. Mulai dari penempatan tempat duduk, pertemuan mereka dengan Pak Harfan, perkenalan mereka yang luar biasa di mana A Kiong yang malah cengar-cengir ketika ditanyakan namanya oleh guru mereka, Bu Mus. Kejadian bodoh yang dilakukan oleh Borek, pemilihan ketua kelas yang diprotes keras oleh Kucai, kejadian ditemukannya bakat luar biasa Mahar, pengalaman cinta pertama Ikal, sampai pertaruhan nyawa Lintang yang mengayuh sepeda 80 km pulang pergi dari rumahnya ke sekolah!

Mereka, Laskar Pelangi - nama yang diberikan Bu Muslimah akan kesenangan mereka terhadap pelangi - pun sempat mengharumkan nama sekolah dengan berbagai cara. Misalnya pembalasan dendam Mahar yang selalu dipojokkan kawan-kawannya karena kesenangannya pada okultisme17 Agustus, dan kejeniusan luar biasa Lintang yang menantang dan mengalahkan Drs. Zulfikar, guru sekolah kaya PN yang berijazah dan terkenal, dan memenangkan lomba cerdas cermat. Laskar Pelangi mengarungi hari-hari menyenangkan, tertawa dan menangis bersama. Kisah sepuluh kawanan ini berakhir dengan kematian ayah Lintang yang memaksa Einstein cilik itu putus sekolah dengan sangat mengharukan, dan dilanjutkan dengan kejadian 12 tahun kemudian di mana Ikal yang berjuang di luar pulau Belitong kembali ke kampungnya. Kisah indah ini diringkas dengan kocak dan mengharukan oleh Andrea Hirata, kita bahkan bisa merasakan semangat masa kecil anggota sepuluh Laskar Pelangi ini! yang membuahkan kemenangan manis pada karnaval

Kenalin nih tokoh-tokoh dalam film Laskar Pelangi ini:

Ikal (Zulfanny)
Tokoh 'aku' dalam cerita ini. Ikal yang selalu menjadi peringkat kedua memiliki teman sebangku bernama Lintang, yang merupakan anak terpintar dalam Laskar Pelangi. Ia berminat pada sastra, terlihat dari kesehariannya yang senang menulis puisi. Ia menyukai A Ling, sepupu dari A Kiong, yang ditemuinya pertama kali di sebuah toko kelontong bernama Toko Sinar Harapan. Pada akhirnya hubungan mereka berdua terpaksa berakhir oleh jarak akibat kepergian A Ling ke Jakarta untuk menemani bibinya.

Ikal adalah sang narator dalam novel Laskar Pelangi. Dialah sang Pemimpi dan alter ego penulisnya. Si kecil keriting bandel ini memiliki daya observasi yang tajam. Penuh humor dan mampu menertawai diri sendiri, Ikal adalah sebuah karakter yang mampu membawa kita masuk ke dalam dunianya, termasuk kawan-kawannya yang kemudian kita kenal sebagai Laskar Pelangi. ”Sahabatku Lintang memiliki hampir semua dimensi kecerdasan… dia seperti toko serba ada kepandaian…,” demikian Ikal mengisahkan Lintang, sahabatnya yang jenius.

Menurut produser Mira Lesmana, pencarian tokoh Ikal membutuhkan waktu yang cukup lama. ”Selain rambutnya harus ikal, dia harus bisa menampilkan sensitivitas tokoh Ikal,” kata Mira. Setelah pencarian yang panjang, akhirnya terpilihlah Zulfany, 12 tahun, bocah kelas II Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Tanjung Pandan yang ikal dan, menurut sutradara Riri Riza, seorang anak yang ”muncul dengan aksen Melayu yang puitis”.

Zulfany, seperti tokoh Ikal yang diperankannya, sangat serius dengan sekolahnya. Saat Tempo menemuinya, Zulfany menceritakan bagaimana dia masih harus menyelesaikan tiga ulangan. Dan seperti Ikal, Zulfany tak lupa menyebutkan nasihat orang tuanya setelah ia mendapatkan peran Ikal agar ”serius bermain sebagai Ikal, tidak boleh melupakan pelajaran, dan menjaga kesehatannya”.

Bagaimana ia tampil sebagai Ikal? ”Sebagai anak berusia 12 tahun, dia sangat matang emosinya,” kata Riri kepada Tempo. ”Dia tampil bagus dan percaya diri depan kamera, dan tetap sensitif.”

Zulfany alias Ikal, yang bercita-cita menjadi tentara atau penyanyi, nanti akan menjadi ”penuntun” penonton untuk masuk ke dalam dunia Laskar Pelangi di layar putih. Di masa dewasa, meski sekejap, tokoh Ikal diperankan oleh aktor Lukman Sardi.


Lintang (Ferdian)
Teman sebangku Ikal yang luar biasa jenius. Ayahnya bekerja sebagai nelayan miskin yang tidak memiliki perahu dan harus menanggung kehidupan 14 jiwa anggota keluarga. Lintang telah menunjukkan minat besar untuk bersekolah semenjak hari pertama berada disekolah. Ia selalu aktif didalam kelas dan memiliki cita-cita sebagai ahli matematika. Sekalipun ia luar biasa pintar, pria kecil berambut merah ikal ini pernah salah membawa peralatan sekolahnya. Cita-citanya terpaksa ditinggalkan agar ia dapat bekerja untuk membiayai kebutuhan hidup keluarganya semenjak ayahnya meninggal.
”Ibunda Guru,
Ayahku telah meninggal, besok aku akan ke sekolah
Salamku, Lintang...”

Setelah membaca kalimat Lintang, pembaca berdebar. Sang narator, Ikal, sudah berkali-kali menyebutkan betapa miskinnya kawasan itu; betapa anak tertua lelaki sebuah keluarga langsung saja menjadi penanggung jawab keluarga. Lalu Lintang yang masih kecil itu, yang jenius itu, yang berhasil menyelamatkan wajah sekolah yang sudah doyong itu menjadi sekolah yang diperhitungkan setelah pertandingan cerdas cermat…, apa yang terjadi dengan pendidikannya setelah ayahnya meninggal?

Ferdian, pemeran Lintang, murid kelas II SMP 1 Gantong, adalah anak lelaki yang gemar bermain bulu tangkis. Seperti Zulfany yang memerankan Ikal, Ferdian adalah bocah yang akan meniupkan roh kepada sosok Lintang, yang membuat hati ratusan ribu pembaca novel Laskar Pelangi robek akibat nasib Lintang nanti. Di masa dewasa, tokoh Lintang diperankan oleh aktor Ariyo Bayu.

Di dalam film, Lintang digambarkan sebagai sosok yang serius. Lintang yang ”jenius” versi Riri jauh lebih membumi daripada ”jenius” versi Andrea Hirata. Mungkin karena itu pula, setelah menyaksikan film ini, kita menjadi lebih percaya bahwa sosok seperti Lintang akhirnya memang bagian dari kita.


Mahar (Verrys Yamarno)
Pria tampan bertubuh kurus ini memiliki bakat dan minat besar pada seni. Pertama kali diketahui ketika tanpa sengaja Bu Muslimah menunjuknya untuk bernyanyi di depan kelas saat pelajaran seni suara. Pria yang menyenangi okultisme ini sering dipojokkan teman-temannya. Ketika dewasa, Mahar sempat menganggur menunggu nasib menyapanya karena tak bisa ke manapun lantaran ibunya yang sakit-sakitan. Akan tetapi, nasib baik menyapanya dan ia diajak petinggi untuk membuat dokumentasi permainan anak tradisional setelah membaca artikel yang ia tulis di sebuah majalah, dan akhirnya ia berhasil meluncurkan sebuah novel tentang persahabatan.

Mahar adalah satu-satunya anggota Laskar Pelangi yang diberi satu bab oleh sang narator. Di luar Lintang, sosok Mahar memang sangat istimewa: luar biasa berbakat menyanyi dan mampu membuat seluruh isi kelas tersihir oleh suaranya. Sosok Maharlah yang ditugasi menciptakan suatu pertunjukan pada acara karnaval yang menjadi salah satu adegan kolosal dalam film ini.

Lahir di Gantong, 17 Maret 1996, Verrys, yang dipilih memerankan Mahar, juga merupakan perjalanan panjang bagi sutradara Riri Riza. Begitu hampir putus asa, Riri mengaku melihat, ”Verrys sudah di ring basket datang dengan gaya baju Mahar.”

Verrys sudah bekerja sama dengan pentolan musik Melayu tingkat nasional, dan suaranya yang indah seperti beledu itu tampaknya sebuah keharusan untuk pemilihan tokoh ini. Tapi apakah ia sendiri bercita-cita menjadi penyanyi? Verrys menggeleng. Dia mengaku bercita-cita menjadi ustad karena ”bisa membuat orang menjadi baik”.

Di dalam film, akting Verrys sungguh menonjol dan tengil seperti seorang seniman kecil yang sok tahu. Verrys, sebagai sosok Mahar sang seniman yang percaya hal-hal mistik dan kebatinan, paling berhasil dan bersinar di antara para pemain.


Sahara (Dewi Ratih Ayu Safitri)
Satu-satunya gadis dalam anggota Laskar Pelangi. Sahara adalah gadis keras kepala berpendirian kuat yang sangat patuh kepada agama. Ia adalah gadis yang ramah dan pandai, ia baik kepada siapa saja kecuali pada A Kiong yang semenjak mereka masuk sekolah sudah ia basahi dengan air dalam termosnya.

A Kiong (Suhendri)
Anak Hokian. Keturunan Tionghoa ini adalah pengikut sejati Mahar sejak kelas satu. Baginya Mahar adalah suhunya yang agung. Kendatipun pria kecil ini berwajah buruk rupa, ia memiliki rasa persahabatan yang tinggi dan baik hati, serta suka menolong pada siapapun kecuali Sahara. Namun, meski mereka selalu bertengkar, ternyata mereka berdua saling mencintai satu sama lain.



Kucai (Yogi Nugraha)
Ketua kelas sepanjang generasi sekolah Laskar Pelangi. Ia menderita rabun jauh karena kurang gizi dan penglihatannya melenceng 20 derajat, sehingga jika ia menatap marah ke arah Borek, maka akan terlihat ia sedang memperhatikan Trapani. Laki-laki ini sejak kecil terlihat bisa menjadi politikus dan akhirnya diwujudkan ketika ia dewasa menjadi ketua fraksi di DPRD Belitong.


Trapani (Suharyadi Syah Ramadhan)
Pria tampan yang pandai dan baik hati ini sangat mencintai ibunya. Apapun yang ia lakukan harus selalu didampingi ibunya, seperti misalnya ketika mereka akan tampil sebagai band yang dikomando oleh Mahar, ia tidak mau tampil jika tak ditonton ibunya. Cowok yang bercita-cita menjadi guru ini akhirnya berakhir di rumah sakit jiwa karena ketergantungannya terhadap ibunya.




Harun (Jeffry Yanuar)
Pria yang memiliki keterbelakangan mental ini memulai sekolah dasar ketika ia berumur 15 tahun. Laki-laki jenaka ini senantiasa bercerita tentang kucingnya yang berbelang tiga dan melahirkan tiga anak yang masing-masing berbelang tiga pada tanggal tiga kepada Sahara dan senang sekali menanyakan kapan libur lebaran pada Bu Muslimah. Ia menyetor 3 buah botol kecap ketika disuruh mengumpulkan karya seni kelas enam.

Syahdan (M.Syukur Ramadhan)
Anak nelayan yang ceria ini tak pernah menonjol. Kalau ada apa-apa dia pasti yang paling tidak diperhatikan. Misalnya ketika bermain sandiwara, Syahdan hanya kedapatan jadi tukang kipas putri dan itupun masih banyak kesalahannya. Syahdan adalah saksi cinta pertama Ikal, ia dan Ikal bertugas membeli kapur di Toko Sinar Harapan semenjak Ikal jatuh cinta pada A Ling. Syahdan ternyata memiliki cita-cita yang tidak pernah terbayang oleh Laskar Pelangi lainnya yaitu menjadi aktor. Dengan bekerja keras pada akhirna dia menjadi aktor sungguhan meski hanya mendapatkan peran kecil seperti tuyul atau jin... Setelah bosan, ia pergi dan kursus komputer. Setelah itu ia berhasil menjadi network designer.


Borek (Febriansyah)
Pria besar maniak otot. Borek selalu menjaga citranya sebagai laki-laki macho. Ketika dewasa ia menjadi kuli di toko milik A Kiong dan Sahara.


Another Person:

A Ling
Cinta pertama Ikal yang merupakan saudara sepupu A Kiong. A Ling yang cantik dan tegas ini terpaksa berpisah dengan Ikal karena harus menemani bibinya yang tinggal sendiri.

Untuk beberapa bab pertama, A Ling muncul dalam bentuk kuku-kuku cantik yang mencuri perhatian Ikal setiap kali Ikal membeli sekotak kapur. Kuku-kuku cantik yang muncul dari balik jendela kasir itu membuat jiwa Ikal melayang. Inilah bagian paling menarik dalam hidup Ikal. A Ling, meski kehadirannya secara fisik tak selalu kerap, adalah nama yang menjadi pusat gerak dan tingkah laku, menjadi alasan bagi Ikal sejak kecil hingga dewasa kelak untuk berkelana ke pelosok Prancis (dalam novel ketiga, Edensor) mencari cinta dan kebahagiaan.

Si cantik kecil A Ling, pujaan si bandel Ikal, diperankan oleh Levina, anak kelas I SMP Regina Pacis, Tanjung Pandan. Levina yang cantik itu mengaku sangat terharu membaca novel Laskar Pelangi. Dan yang menarik, Levina merasa ada persamaan antara tokoh A Ling dan dirinya, yakni, ”A Ling disuruh jaga toko sama orang tuanya, aku juga jaga toko….” Ayah Levina, seperti ayah tokoh A Ling dalam novel, adalah seorang pedagang.

Adegan pertemuan pertama antara A Ling (seluruh tubuhnya, bukan hanya kuku-kuku cantiknya) dan Ikal akan menjadi salah satu adegan yang paling dinantikan oleh penonton Laskar Pelangi.


Flo Marcella
Nama aslinya adalah Floriana, seorang anak tomboi yang berasal dari keluarga kaya. Dia merupakan murid pindahan dari sekolah PN yang kaya dan sekaligus tokoh terakhir yang muncul sebagai bagian dari laskar pelangi. Awal pertama kali masuk sekolah, ia sempat membuat kekacauan dengan mengambil alih tempat duduk Trapani sehingga Trapani yang malang terpaksa tergusur. Ia melakukannya dengan alasan ingin duduk di sebelah Mahar dan tak mau didebat.

Bu Mus - Cut Mini
Nama lengkap N.A. Musimah Hafsari Hamid binti K.A. Abdul Hamid. Dia adalah Ibunda Guru bagi Laskar Pelangi. Wanita lembut ini adalah pengajar pertama Laskar Pelangi dan merupakan guru yang paling berharga bagi mereka.

Sosok Bu Muslimah adalah sebuah mutiara dalam Indonesia yang porak-poranda. Peran yang diciptakan Andrea Hirata berdasarkan sosok nyata—dengan nama yang sama—ini jelas merupakan sosok yang sangat diagungkan oleh penulisnya dan disebut sebagai ”induk anak-anak bebek 10 anggota Laskar Pelangi yang mendidik mereka menjadi anak yang saleh, yang haus akan ilmu, dan yang beragama”.

Begitu mulianya sang guru, tampaknya tokoh ini menjadi favorit pembaca novel Laskar Pelangi. Tak mengherankan jika siapa pun yang memerankan Bu Muslimah memiliki beban berat. Cut Mini sudah dikenal masyarakat melalui film Arisan! karya Nia Di Nata. Meski dia beberapa kali muncul dalam sinetron dan film layar lebar, termasuk yang terbaru, Tri Mas Getir (karya Rako Priyanto), inilah peran Cut Mini yang tampaknya dinanti orang.

”Saya membaca bukunya dan sudah terbayang dari bab pertama kisah ini menggambarkan daerah yang kaya dengan timahnya yang masih punya sekolah dengan guru idealis,” kata Cut Mini. Untuk menghidupkan sosok yang menjadi idola pembaca itu, Cut Mini banyak berbincang dengan tokoh sesungguhnya, Muslimah, 56 tahun, ibu tiga anak yang kini masih mengajar matematika di Sekolah Dasar Negeri 6 Gantong. ”Saya tanya bagaimana cara Ibu Mus mengajar mereka. Kata Bu Mus, beliau menyayangi mereka seperti anak. Di dalam kelas, Ibu pun santai, tidak galak.”

Penonton akan menikmati apakah Cut Mini berhasil memenuhi imajinasi mereka tentang sosok Bu Muslimah yang dahsyat itu.


Pak Harfan - Ikranagara
Nama lengkap K.A. Harfan Efendy Noor bin K.A. Fadillah Zein Noor. Kepala sekolah dari sekolah Muhammadiyah. Ia adalah orang yang sangat baik hati dan penyabar meski murid-murid awalnya takut melihatnya.

Bagi generasi 1980-an, Ikranagara adalah Markum, lelaki yang dingin dan penuh perhitungan sekaligus komikal dalam Kejarlah Daku, Kau Kutangkap dan Keluarga Markum. Namun generasi masa kini yang menyaksikan film Laskar Pelangi akan melihat sosok Pak Harfan, kepala sekolah yang, saat mengisahkan Perang Badar, suaranya ”berat menggetarkan benang-benang halus dalam kalbu kami”. Dialah sosok yang digambarkan Andrea Hirata sebagai bapak yang mengenakan baju yang sudah pudar dan berlubang di mana-mana, tapi tubuh dan pikirannya penuh dengan ilmu dan kebajikan yang ditumpahkan kepada muridnya.

Ikranagara, yang sudah membaca novelnya, menganggap tokoh Pak Harfan ”sangat idealis seperti sutradara Syuman (Jaya)”. Menurut Ikra, tokoh Harfan menyadari bahwa sistem pendidikan harus dijalankan bagaimanapun untuk menyelamatkan bangsa. ”Ini memang lain dari karakter-karakter yang saya mainkan. Dalam film-film lain, saya jarang tersenyum, apalagi tertawa,” kata Ikra. Namun, dalam film ini, Ikra mengaku, dalam diri Pak Harfan ada jiwa periang yang mampu menyelami anak-anak. ”Waktu syuting anak-anak (SD Muhammadiyah) menang dalam karnaval, Pak Harfan riang gembira. Peran seperti itu memberikan katarsis bagi saya,” kata Ikranagara dengan semangat.


Ayah Ikal - Mathias Muchus

Andrea Hirata mengabdikan banyak bab untuk sang ayah, terutama pada novel kedua, Sang Pemimpi. Ayah Ikal adalah pegawai rendahan PN Timah, seorang lelaki tua yang santun, minim kata, yang menunjukkan kasih sayangnya melalui sepasang mata yang teduh. Sang ayah mengenakan baju safari empat saku kebanggaannya hanya pada satu peristiwa penting: ketika Ikal menerima rapor, karena nilai Ikal pasti masuk 10 besar. Dia begitu bangga dan sudi mengendarai sepeda ke sekolah Ikal yang jaraknya begitu jauh. Dan yang paling merobek hati, dia tetap datang dan tetap tenang serta penuh kasih meski suatu hari rapor Ikal anjlok habis-habisan.

Sosok sang ayah, yang dalam novel dan film Laskar Pelangi belum muncul sekerap dalam novel Sang Pemimpi (yang mudah-mudahan suatu hari juga diangkat ke layar lebar oleh tim yang sama), sangat penting. Dialah yang membangun sensitivitas Ikal.

Aktor Mathias Muchuslah yang dipercayakan memegang peran ini. ”Ayah Ikal adalah tipe lelaki yang pendiam, tapi tidak berarti dia statis… dia justru mengharapkan banyak dari pendidikan anaknya,” kata Muchus.

Sama seperti para pemain lain, salah satu kesulitan memerankan sosok warga Belitung adalah aksen Melayu dalam dialog. Namun, ”Kebetulan saya orang Sumatera Selatan. Jadi masih ada kemiripanlah,” kata Muchus.

Ibu Ikal - Rieke Dyah Pitaloka

Ibu Ikal, seorang ibu khas Melayu yang gemar mengunyah sirih dan mendidik anak-anaknya dengan tegas dan penuh kasih sayang, mempunyai daftar ”penyakit gila”. Bagi sang ibu, berbagai tingkah laku anak-anak remaja lelaki yang konyol mengandung ”penyakit gila no. 5”. Bayangkan, anak-anak ini percaya bahwa jika bola tenis ditekan ke dada, akan membuat otot dada mereka tumbuh bak tubuh binaragawan sejati. Ibu Ikal menganggap itu pendapat orang yang mengidap ”penyakit gila no. 5”. Sayang, dalam film, soal penyakit gila ini tidak dimunculkan.

Sang ibu dalam novel—maupun film—memang tampil hanya dalam beberapa adegan. Tapi penampilan Rieke Dyah Pitaloka, yang aktingnya luar biasa dalam Berbagi Suami (Nia Di Nata) dan Perempuan Punya Cerita (Nia Di Nata), terlihat bersinar.

”Saya sangat kagum kepada sosok ibu Ikal. Sosok perempuan yang kuat, tegas, apalagi dalam kehidupan. Dia sosok yang agak cerewet, ya, tapi ibu-ibu rata-rata memang begitu….”

Pak Mahmud - Tora Sudiro

Kemunculan karakter Pak Mahmud (Tora Sudiro) yang tidak ada di buku, cukup menghidupkan film. Kisah Mahmud, guru SD PN Timah dalam upayanya menjerat hati Ibu Muslimah (Cut Mini) menjadi hiburan tersendiri. Siasat yang cukup berhasil untuk mencuatkan sisi lain Ibu Muslimah.
Tokoh Pak Mahmud yang ditampilkan oleh Tora Sudiro—yang menghapus seluruh tato di tangannya dengan ”dempul” make-up, agar terlihat sebagai guru daerah yang jatuh hati pada Bu Muslimah, adalah sosok tambahan yang tampaknya ingin memperlihatkan romantisisme di kalangan orang dewasa (yang memang absen dalam novel). ”Ini peran agak serius walaupun bukan antagonis,” kata Tora kepada Tempo. ”Mahmud adalah tipe orang yang terlalu lurus menghadapi hidup, dia naif.…”

Pak Zulkarnaen - Slamet Rahardjo
Tokoh Pak Zulkarnaen, yang diperankan oleh Slamet Rahardjo dengan baik, digambarkan mengendarai mobil tua dan rajin mengirim beras. Adalah Pak Zul yang meniupkan semangat kepada Ibu Muslimah, ketika akhirnya Pak Harfan, sang kepala sekolah yang budiman itu, wafat dan tokoh ini juga yang dengan semangat membela murid SD Muhammadiyah saat lomba cerdas cermat. Namun tak ada adegan selezat adegan dialog Zulkarnaen dengan Pak Harfan. Bukan hanya karena itu pertemuan dua aktor senior seperti Slamet Rahardjo dan Ikranagara, tapi adegan itu hampir seperti dua teman lama yang asyik ngobrol tanpa koreografi apa-apa, berbincang tentang pentingnya mempertahankan ”sekula” yang mengajarkan jiwa yang teguh. Mengalir, menyentuh. Tak ada duanya.



SD Islam Muhammadiyah adalah satu-satunya yang memberikan pendidikan gratis bagi mereka yang kurang mampu. Siswanya memang anak buruh penambang timah atau petani atau nelayan. Biarpun sering diejek sekolah lain, siswanya biasanya cerdas. Seperti Lintang yang otaknya sejenius Einstein atau Ikal yang punya bakat di bidang sastra ataupun Mahar yang berjiwa seni.

Kalau kapur tulis habis mereka harus bersepeda ke desa Manggar yang jauuuh banget. Belinya cuma satu kotak tapi harus penuh perjuangan karena kembalinya bisa malam hari. Hu hu hu...?!?!


Meski keadaan di rumah susah, tapi mereka tetap gembira. Perjalanan waktu membuat mereka kompak, suka dan duka bersama. Persahabatan ke-10 murid ini dirasakan oleh Bu Mus seperti warna-warni Pelangi yang menyatu dan tak terpisahkan. So Sweet!!

1 komentar:

  1. aslm.mas andrea q kagum atas filmnya walapun q terlambat menonton tapi q sangat bersyukur bs menntn film beda dari yang lain.mas andrea hirata kalo blh tau bagaimana saya bs ktmu dngan lintang aslinya?mas andrea saya mau tau alamatnya?waslm.

    BalasHapus